BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman
globalisasi ini teknologi dan ilmu pengetahuan semakin berkembang pesat di
seluruh dunia, dimana masyarakat semakin disibukkan dengan aktifitas
kerja yang padat dan harus dapat memenuhi segala tuntutan kehidupan. Di masa
ini seseorang dituntut lebih kepada suatu pekerjaan agar dapat mendapatkan
hasil yang memuaskan dan efisien. Dalam hal memenuhi tuntutan pekerjaan inilah
setiap individu atau seseoarang dapat mengalami suatu keadaan psikologis yang
sering terjadi kepada setiap orang, keadaan ini disebut “Stress”. Disini kami
menerangkan dan menjelaskan tentang apa itu Stress mulai dari gejala, jenisnya,
faktor-faktor dan akibat yang ditimbulkan bila seorang individu mengalami
stress
Berbicara
soal stress pastilah setiap individu di dunia ini pernah mengalaminya. Apalagi
di zaman ini yang semuanya serba instan dan banyak sekali tuntutan pastilah
seorang individu mudah sekali terserang stress itu sendiri. Entah itu akibat
lingkungan, pekerjaan atau organisasi ataupun dari individu itu sendiri. Dengan
adanya makalah ini kami ingin berbagi informasi kepada masyarakat tentang
stress secara luas , agar masyarakat tahu dan mengerti serta dapat mendapatkan
wawasan baru.
Perasaan
stres yang timbul disebabkan karena insting atau reaksi tubuh untuk
mempertahankan diri. Reaksi seperti ini adalah baik pada saat atau kondisi
gawat darurat atau emergensi, seperti reaksi keluar dari mobil yang
kecepatannya melampaui batas dan akan menabrak jalan. Stress juga dapat disebabkan
karena gejala-gejala fisik yang berlangsung terlalu lama, seperti dalam
merespon tantangan dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Stress menjadikan
tubuh bekerja secara berlebihan yang dapat membuat diri merasa cemas, takut,
khawatir dan tegang.
Perubahan
kecil apapun dapat membuat seseorang merasa tertekan atau merasa stress, bahkan
perubahan yang baik sekalipun. Itu bukan hanya perubahannya atau kejadian itu
sendiri, tapi juga bagaimana reaksi seseorang atau seseorang tersebut terhadap
perubahan atau kejadian yang terjadi. Ketegangan atau stress pada tiap orang
berbeda-beda, sebagai contoh seseorang mungkin merasa stress karena pensiun
dari pekerjaannya, sementara orang lain mungkin tidak mengalami stress seperti
apa yang dialami orang tersebut yang stress karena pensiun kerja. Kondisi stres
dapat menyebabkan masalah kesehatan atau menjadikan masalah-masalah yang ada
menjadi lebih berat jika seseorang tidak dapat menemukan cara atau jalan untuk
menghadapinya.
Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi
kelelahan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering
menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol,
narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi
dari gelaja stres.
Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan
stres. Stres sebenarnya positif bagi kita, asalkan dalam porsi sedang-sedang
saja, karena bisa membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak. Sedangkan
stres berat dapat menyebabkan kita rentan terkena penyakit. Sementara stres
yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi kesehatan karena kita tidak
menyadari adanya masalah. Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama
pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari stress
serta jenis-jenis dan klasifikasi dari stress ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi
stress dan gejala dari stress ?
3. Bagaimana cara pengelolaan stress
?
4. Apa akibat dan dampak positif dan
negatif dari stress, serta tips untuk menghilangkan stress ?
5.
Apa saja perbedaan dari Psikosomatis, Somatoform, dan Hipochondriasis?
1.3
Tujuan Makalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Abnormal.
2. Untuk mengetahui definisi
dari stress serta jenis-jenis dan klasifikasi dari stress.
3. Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi stress dan gejala dari stress.
4. Untuk mengetahui cara pengelolaan
stress.
5. Untuk akibat dan dampak positif
dan negatif dari stress, serta tips untuk menghilangkan stress.
6. Untuk mengetahui perbedaan dari
Psikosomatis, Somatoform, dan Hipochondriasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia
dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah. Jika hal tersebut dirasakan
menekan, mengganggu dan mengancam maka keadaan ini dapat disebut stress. Menurut
beberapa ahli terdapat beberapa devinisi stress diantaranya :
1.
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200).
Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya.
2.
Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat
seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting.
3.
Menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang.
4.
Menurut Korchin (1976), keadaan stress muncul apabila
tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan
atau integrasi seseorang.
5.
Richard Bugelski dan Anthony M Graziano (1980)
menyatakan bahwa stress adalah suatu istilah umum yang digunakan
psikolog-psikolog untuk menunjukkan ketegangan seseorang karena tidak mampu
mengatasi tuntutan-tuntutan atau tekanan-tekanan sekelilingnya
6.
Menurut Lazarus
(1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena
individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut
Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa
atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stres
tidak hanya kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau
psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres
adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989). Karena banyaknya
definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke
dalam tiga pendekatan, yaitu :
a.
Stimulus
Keadaan atau situasi dan
peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan
tegang disebut sebagai stressor. Beberapa
ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :
- Peristiwa katastropik, misalnya
angin tornado atau gempa bumi.
-Peristiwa hidup yang penting,
misalnya kehilangan pekerjaan atau
orang yang dicintai.
orang yang dicintai.
-
Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak atau bising.
b. Respon
Respon
adalah reaksi sesorang terhadap stresor. Untuk itu dapat diketahui dari dua
komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan komponen
fisiologis.
- Komponen psikologis, seperti perilaku, pola
pikir dan emosi
- Komponen
fisiologis, seperti detak jantung, mulut yang mongering
(sariawan), keringat dan sakit perut.
(sariawan), keringat dan sakit perut.
Kedua
respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
c.
Proses
Stres sebagai suatu
proses terdiri dari stesor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting
yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan
interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah
transaksi antar manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan
yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Stress
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini
maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik
atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan
bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa
yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti
atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan
karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu
persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Dari kedua pengertian stress dari para ahli di atas,
dapat disimpulkan stress adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu
karena tekanan psikologis. Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit
fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stress
tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya
tahan tubuh pada saat tersebut
B. Jenis – Jenis Stress
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1. Eustress, yaitu
hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga
organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu
hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan
juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,
dan kematian.
Penggolongan Stress
apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti
(1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stress fisik,
disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara
amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi,
disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
hormone, atau gas.
c. Stress mikrobiologik,
disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
menimbulkan penyakit.
d. Stress fisiologik,
disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stress proses,
pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stress psikis/ emosional,
disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau
keagamaan. Adapun menurut Grant Brecht (2000), stress ditinjau dari penyebabnya
hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
·
Penyebab makro, yaitu menyangkut
peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pension, luka
batin, dan kebangkrutan.
·
Penyebab mikro, yaitu menyangkut
peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban
pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
C.
Klasifikasi
Stres
1.
Stres Akut (Acute
Stress)
Merupakan reaksi
terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran.
Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan
secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya.
Penyebab-penyebab stres akut antara lain:
·
kebisingan
·
keramaian
·
pengasingan
·
lapar
·
bahaya
·
infeksi
·
bayangan suatu ancaman atau ingatan atas
suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu
ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan
tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi
(relaxation response).
2.
Stres Kronis
(Chronic Stress)
Kehidupan modern
menciptakan situasi stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek.
Penyebab-penyebab umum stres kronis antara lain:
·
kerja dengan tekanan tinggi yang terus
menerus
·
kesepian, dan
·
kekhawatiran finansial yang
terus-menerus
D. Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Kondisi-kondisi
yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat
diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya seseorang mengalami stress
karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber
utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap seseorang. Dalam
faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress yaitu
politik, ekonomi, dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena
stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat.
Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan
pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan
dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang
digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress
yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi
tersebut adalah sebagai berikut :
§ Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil
akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
§ Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh seseorang lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara seseorang satu dengan
seseorang lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga
pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan
sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara satu orang
dengan yang lainnya.
§ Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam organisasi.
§ Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins,
2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau
menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan
karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau
menekankan pada hal pekerjaan saja.
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan.
Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada
pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus
diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
E. Gejala-Gejala Stres
Hardjana (1994) mengemukakan bahwa terdapat kriteria-kriteria
gejala-gejala stress, antara lain :
1)
Gejala
fisikal
Sakit kepala, pusing, pening. tidur tidak teratur,
insomania atau susah tidur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama
bagian bawah ,mencret-mencret dan radang
usus besar, sulit buang air besar, sembelit. gatal – gatal pada kulit. urat-urat
tegang terutama leher dan bahu, keringat berlebih, terganggu pencernaan atau
bisulan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, berubah selera makan,
lelah atau kehilangan daya energy, bertambah banyak melakukan kekeliruan dan
kesalahan dalam kerja dan hidup.
2)
Gejala
Emosional
Gelisah dan cemas,
sedih, depresi, mudah menangis, merasa jiwa dan hati atau mood
berubah-ubah dengan cepat, mudah panas dan marah, gugup, rasa harga diri menurun dan merasa tidak aman, rasa harga diri
menurun dan merasa tidak aman, marah-marah,
gampang menyerang orang dan bersikap
bermusuhan, emosi mengering kehabisan sumber
dayamental (burn out).
3)
Gejala
Kognitif
Susah berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit
mengambil keputusan, mudah terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun
secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu
pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktifitas atau
prestasi kerja menurun, mutu kerja yang rendah.
4)
Gejala Interpersonal
Kehilangan
kepercayaan terhadap orang lain., mudah mempermasalahkan orang lain, mudah
membatalkan janji atau tidak memenuhi perjanjian, suka mencari – cari kesalahan
orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu
membentengi dan mempertahankan diri, membiarkan orang lain.
F. Pengelolaan Stress
Manusia adalah makhluk kompleks yang
berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi
menimbulkan stres, dan menuntut seseorang untuk mengatasinya. Cara
seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.
Pertama, cara ini
merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres
berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan
sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam
kelompok ini adalah:
1)
Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang
justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang
yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang
di sekitarnya.
2)
Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang
sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai
contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam
berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna
positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna
negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat
terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain
yang ada dalam dirinya.
3)
Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan
perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada
hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu
karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka ia
melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
4)
Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis
atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru
yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena
pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota
provinsi.
Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu
seseorang secara sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan
stres dipusatkan pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang
bisa dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu:
1)
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara
meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun
psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang
selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun
dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan
dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi,
berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan
sebagainya.
2)
Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat
dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu: (a) bersikap asertif,
yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya:
bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan
menganalisis mengapa sampai ditegur; (b) menarik diri/menghindar dari
sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat
diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan
menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara,
sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan (c)
kompromi, yang bisa dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber
stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas
sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres)
G. Akibat
dari Stress
Stres
menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang
sedang stress berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi
mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera
makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya. Akibat stress dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis,
dan gejala perilaku.
Pengaruh
gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis. Terdapat riset yang
menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme,
meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah,
menimbulkan sakit kepala.
Stres yang
berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan
pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata
dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain,
misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka
menunda-nunda pekerjaan.
Akibat
Stress
|
||
Pada
Tubuh
|
Pada
Perasaan
|
Pada
Perilaku
|
§ Sakit
kepala
§ Ketegangan
atau nyeri otot
§ Nyeri
dada
§ Kelelahan
§ Perubahan
dalam gairah seks
§ Gangguan
perut
§ Masalah Tidur
|
§ Kecemasan
§ Gelisah
§ Kurangnya
motivasi atau fokus
§ Lekas
marah
§ Kesedihan
atau depresi
|
§ Kurang
nafsu
makan atau malah makan berlebihan
§ Kemarahan
yang meledak-ledak
§ Penyalahgunaan
obat atau alkohol
§ Merokok
|
H. Dampak Negatif dan Dampak Positif Stres Bagi
Kesehatan Tubuh
Gangguan kesehatan akibat stres dapat meliputi penyakit jantung, tekanan
darah tinggi, kanker, sakit kepala, migren, radang usus besar, maag, gangguan
pernapasan, dan ketegangan otot. Gangguan tersebut mulai dari gangguan
kesehatan ringan sampai dengan gangguan kesehatan fatal. Stres juga dapat
dihubungkan dengan beberapa gangguan mental seperti rasa cemas atau gelisah,
sakit jiwa dan depresi. Gangguan mental lebih sulit untuk dideteksi dan
didiagnosa dibandingkan dengan gangguan fisik. Itulah sebabnya gangguan mental
akibat stres lebih berbahaya daripada gangguan fisik.
1.
Dampak
Negatif Stres
Stres secara langsung maupun tidak langsung dapat
menyebabkan gangguan kesehatan. Hal tersebut tergantung dari bagaimana tubuh
kita bereaksi terhadap stres dan seberapa baik kita menghadapi dan melindungi
diri kita dari stres tersebut.
a. Depresi
b. Obesitas
c. Sering
infeksi
d. Kanker
payudara
e. Insomnia
f. Penyakit
jantung
g. Alergi
h. Mengurangi
kesuburan
i. Stroke
2.
Dampak
Positif Stres
Banyak gangguan yang berpotensi sangat fatal bagi
kesehatan akibat terjadinya stres. Walaupun demikian, stres juga mempunyai sisi
positif. Direktur medis dari Fibromyalgia
and Fatigue Centers, Jacob
Teitelbaum, MD, menyebutkan bahwa stres adalah hal yang sangat menyehatkan
karena dapat memberikan tenaga yang kamu butuhkan dalam menjalani hidup.
Berikut ini dampak positif stress :
a.
Mencegah flu dan pilek
b.
Mendekatkan diri dengan seksama
I. Tips Menghilangkan Stres
Selain belajar untuk menghindari penyebab stress, kita dapat pula
menerimanya secara realistis. Mencoba berteman dan belajar mengelola stress dengan
benar amat membantu untuk hidup lebih baik secara fisik dan emosional serta
memberi kebahagian lahir dan batin. Beberapa hal yang dapat di lakukan untuk
mengatasi stress adalah tindakan positif untuk menurunkan tingkat stress yaitu
:
1. Relaksasi
Relaksasi atau berlatih untuk mengatur cara pernafasan
dapat dilakukan. Dengan kegiatanuntuk melemaskan otot syaraf seperti meditasi,
yoga, latihan pelemasan, pijat, sambilmendengarkan iringan musik lembut dan
tenang atau alunan ayat suci.
2. Berolahraga
Berolahraga secara teratur membantu untuk menurunkan
stres dan meningkatkan kepercayaan diri, selain yang terpenting dapat
meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit. Penambahan energi untuk
beraktifitas, peningkatan kualitas tidur, daya konsentrasi,rasa bahagia dan
keyakinan diri serta penurunan risiko serangan jantung adalah manfaatpenting
olahraga. Olahraga ringan seperti berjalan-jalan santai sambil menghirup udara
segarselama 20-30 menit setiap hari akan efektif untuk mengurangi stres.
3. Bicarakan
dengan orang lain
Ketika stress sebaiknya kita ekspresikan perasaan
kita. Semakin kita menyimpannya maka semakin tinggi stres yang kita rasakan.
Mungkin teman, anggota keluarga, atau guru dapat membantu kita melihat masalah
dari sisi lain. Berbicara dengan orang lain dapat mencerahkan pikiran kita dan
fokus pada pemecahan masalah. Meminta bantuan ketika masalah muncul, akan
menghindari berkembangnya masalah yang lebih serius. Menulis pikiran dan
perasaan dalam buku diari juga dapat memperjelas situasi dan memberikan cara pandangan
baru pada masalah kita.
4. Berlibur
"satu menit"
Ciptakan situasi yang tenang di pikiran kita adalah
hal yang baik untuk meringankan stres. Kita tidak bisa selalu lari dari
masalah, tapi kita boleh bermimpi. Pejamkan mata dan bayangkan suatu tempat tenang
yang dapat membuat kita merasa tenang dan santai.
5. Perhatikan
kenyamanan fisik
Kita perlu memastikan bahwa kita memang nyaman dengan
situasi sekeliling termasuk secara fisik. Menggunakan pakaian yang nyaman
adalah hal yang paling mudah dapat dilakukan.
6. Merawat
Tubuh
Makan - makanan sehat dan tidur cukup akan memberikan
energi pada pikiran dan tubuh kita. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi kafein (
kopi dan teh ) dan gula. Tubuh yang sehat akan lebih mudah menangani stres.
7. Tertawa
Untuk mencegah dan meringankan stres, kita perlu
mempertahankan selera humor kita, termasuk bisa menertawai diri sendiri. Kita
bisa berbagi cerita lucu dengan teman - teman untuk menghibur diri.
8. Atur waktu
Rencanakan lebih jauh dan buat jadwal yang realistis
untuk diri sendiri dan termasuk juga waktu untuk kegiatan mengurangi stres.
Jika kita ingin mengerjakan banyak hal dalam waktu yang sama akan menjadi beban
bagi diri kita sendiri. Sebaiknya buat daftar hal - hal yang harus dikerjakan
kemudian tandai satu persatu yang telah diselesaikan. Buat prioritas yang
paling penting untuk dikerjakan terlebih dahulu.
9. Ketahui
Batas diri
Ketika dihadapkan dengan situasi yang menekan,
terkadang kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah ini memang masalah kita
atau tidak? Jika tidak, maka tinggalkanlah masalah itu, jangan campuri urusan
orang lain. Ada beberapa hal yang memang di luar kendali kita. Jika menemukan
hal ini terima saja dulu dan kemudian perlahan kita bisa berusaha untuk
menemukan waktu yang tepat untuk mengubahnya.
10. Menyadari
bahwa kita tidak perlu selalu benar
Ketika terjadi sesuatu hal yang tidak sesuai dengan
cara kita maka kita bisa bekerja sama atau berkompromi, hindarkan konfrontasi.
Dengan konfrontasi hanya akan meningkatkan ketegangan dan semua orang menjadi
nyaman.
11. Menangis
adalah hal yang wajar
Pada usia berapa pun adalah hal yang normal untuk
menangis. Menangis ketika stres dapat meringankan beban yang kita rasakan, dan
juga dapat mencegah sakit kepala atau konsekuensi fisik lainnya. Harus diingat
bahwa hendaknya bukan menangis yang berlebihan atau pada setiap sesuatu yang
dialami.
12. Cari hal
yang positif di sekitar kita
Jangan terpaku pada kelemahan kita. Kumpulkanlah hal -
hal yang positif dari diri kita dan berbahagialah dengan kelebihan kita
tersebut. (jangan terlalu bangga).
J.
Psikosomatis
Psiko
artinya pikiran dan soma artinya tubuh. Jadi, penyakit psikosomatis artinya
penyakit yang timbul atau disebabkan oleh kondisi mental atau emosi seseorang.
Penyakit ini juga disebut dengan penyakit akibat stress. Penyakit psikosomatis
sekarang sering disebut dengan penyakit psikofisologis. Namanya saja yang
sedikit berbeda namun maknanya sama.
Gangguan
psikosomatik ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai
penyakit fisik dan diyakini adanya suatu hubungan yang erat antara suatu
peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut.
Gangguan psikosomatik ini banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari;
namun gangguan ini sering kali diabaikan dan bahkan dilupakan. Biasanya penderita
datang dengan beraneka macam keluhan somatik mulai dari keluhan jantung,
keluhan sakit perut seperti nyeri ulu hati, kembung,mual diare(keluhan
gastrointestinal), keluhan sakit kepala dan lain-lain. Ditempat praktek dokter
sehari-hari banyak pasien hanya menonjolkan keluhan-keluhan somatik saja tanpa
menyertakan keluhan-keluhan psikisnya. Jarang sekali faktor psikis(emosi)
seperti frustasi, konflik, ketegangan dsb dikemukakan sebagai keluhan utama
oleh penderita, padahal faktor psikis tersebut yang memicu munculnya keluhan
fisik penderita.
Untuk
mempertajam diagnosis dan untuk membatasi diri dari gangguan psikiatri yang
berat (misalnya psikosis), maka gangguan psikosomatik memiliki ciri-ciri dan
kriteria klinis sebagai berikut :
a. Tidak didapatkan kelainan psikiatris.
Penderita masih sadar bahwa dirinya sakit dan masih aktif mau datang berobat.
b. Keluhan
yang timbul selalu berhubungan dengan emosi tertentu. Misalnya keluhan timbul saat berad di kantor sedangkan
di rumah tidak apa-apa.
c. Keluhan
berganti-ganti dari satu sistim organ ke sistim organ lain. Misalnya hari ini
keluhan pada sistim kardiovaskular beberapa minggu kemudian hilang dan pindah
ke sistim gastrointestinal.
d. Ditemukan adanya ketidakseimbangan sistim
syaraf otonom vegetatif.
e. Riwayat
hidup penderita penuh dengan konflik atau stres.
f. Terdapat
perasaan negatif yang menjadi titik tolak keluhannya (dongkol, cemas, sedih,
cemburu dsb)
g. Terdapat
faktor presipitasi atau pencetus yang mendahului segala keluhannya. Bisa berupa
psikis atau fisik.
h. Adanya
faktor penyedia (predisposisi) yang diketahui dengan anamnesis jauh kebelakang
sejak pasien dikandung, dilahirkan dan dibesarkan. Faktor predisposisi ini bisa
berupa faktor biologis maupun perkembangan kejiwaan penderita tersebut.
·
Penyebab
psikosomatis
Ada
beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis:
1. Stres
Umum
Stres ini dapat berupa
suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana individu tidak dapat
berespon secara kuat. Menurut Thomas Holmes dan Richard Rahe, didalam skala urutan
penyesuaian kembali sosial (social read justment rating scale) menuliskan 43
peristiwa kehidupan yang disertai oleh jumlah gangguan dan stres pada kehidupan
orang rata-rata, sebagai contohnya kematian pasangan 100 unit perubahan
kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan
perkawinan 65 unit, dan kematian anggota keluarga dekat 63 unit. Skala
dirancang setelah menanyakan pada ratusan orang dengan berbagai latar belakang
untuk menyusun derajat relatif penyesuaian yang diperlukan oleh perubahan
lingkungan kehidupan. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang
menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak
cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka
mudah pulih dari gangguan.
2. Stres
Spesifik Lawan Non Spesifik
Stres psikis spesifik
dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik
bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis yang berperan dalam
perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe kepribadian tertentu yang pertama kali
diidentifikasi berhubungan dengan kepribadian koroner (orang yang memiliki
kemauan keras dan agresif yang cenderung mengalami oklusi miokardium).
Karena
jelas bahwa psikosomatik adalah masalah gangguan berdasarkan mind and body connection,
maka penanganannya harus holistik (terpadu). Hipnoterapi diharapkan mampu
menjembatani hubungan antara penyebab psikis di bawah sadar dengan manifestasi
klinis pada tubuh.
Dari
situasi tersebut penderita psikosomatis tidaklah bisa disembuhkan melalui
pengobatan secara medis dengan obat-obatan. Penyembuhan bagi penderita
psikosomatis adalah dari “dalam diri” si penderita supaya tidak terjadi stres
yang berkepanjangan, untuk itu ada beberapa solusi untuk menghindari terjadinya
stres dan sembuh dari psikosomatis yaitu :
1. Hidup
dengan pola pikir positif
Harus dapat merubah
mind set agar lebih positif, ketika kita positif maka kita bisa menerima
hal-hal yang terjadi di kehidupan kita sehingga kita akan terhindar dari stres.
2. Realistis
Manusia yang realistis
lebih dapat menerima kenyataan, dapat pasrah dan menerima apa adanya.
3. Lawan
Stres harus dilawan
atau dikalahkan dengan kekuatan dari dalam diri manusia itu sendiri yaitu
berpikiran positif.
4. Sehat
jasmani dan rohani
Menjalankan pola hidup
yang benar dengan mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna, cukup tidur dan berolah
raga. Lakukan relaksasi, meditasi, yoga atau dapat dengan meluangkan waktu
untuk berlibur melepaskan dari kepenatan rutinitas kita sehari-hari.
K.
Somatoform (Somatoform Disorder)
Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti “tubuh”. Dalam gangguan
somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik,
namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Beberapa
orang mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang “menekan
di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan
aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang
dapat dihubungkan dengan kecemasan. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan
penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform adalah suatu kelompok
gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan
pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari
atau gangguan buatan.
·
Penanganan
Gangguan Somatoform
Terapis psikodinamika berusaha membuka dan mengangkat
konflik-konflik yang tidak di sadari ke taraf kesadaran, yang berasal dari masa
kanak-kanak, dan dipercaya sebagai akar dari permasalahan. Sekali konflik di
buka dan ditangani, simtom seharusnya menghilang karena tidak lagi dibutuhkan
sebagai solusi sebagian oleh konflik yang mendasarinya.
Pendekatan behavioral
menekankan pada menghilangkan sumber-sumber yang mendasari reinforcement yang mungkin mempertahankan pola perilaku yang
abnormal. Secara lebih umum, terapis behavioral
memandu orang dengan gangguan somatoform untuk belajar menangani situasi yang
menekan atau menimbulkan kecemasan secara lebih efektif. Sebagai tambahan,
suatu kombinasi dari teknik kognitif-behavioral,
seperti pemaparan terhadap pencegahan respons dan pengubahan struktur kognitif.
L. Hipochondriasis
Ciri utama dari hipochondriasis
adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami seseorang merupakan
akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah
jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa
ketakutan itu tidak berdasar.
Orang dengan hipochondriasis tidak
secara sadar berpura-pura akan simtom fisiknya. Mereka umumnya mengalami
ketidaknyamanan fisik, sering kali melibatkan sistem pencernaan atau campuran
antara rasa sakit dan nyeri. Meski prevalensi hipochondriasis tetap tidak
diketahui, gangguan ini tampak sama umumnya di antara pria maupun wanita.
Paling sering bermula antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat muncul di usia
berapa pun.
Orang dengan hipochondriasis menjadi
sangat sensitif terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti sedikit
perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri (Barsky dkk, 2001).
Padahal kecemasan akan simtom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik tersendiri
– misalnya, keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Dengan demikian,
sebuah lingkaran setan (vicious cycle)
akan muncul. Orang dengan hipochondriasis dapat menjadi marah saat dokter
mengatakan betapa ketakutan mereka sendirilah yang menyebabkan simtom-simtom
fisik tersebut.
·
Penanganan Gangguan
Hipochondriasis
Hipochondriasis melibatkan kekhawatiran yang persisten
atau ketakutan bahwa seseorang menderita sakit yang serius, meski tidak ada
dasar organis yang ditemukan sebagai penyebab dari keluhan fisik seseorang.
Orang dengan gangguan ini sering kali mengobati dirinya sendiri dengan
obat-obatan bebas dan kurang bahkan tidak yakin dengan perkataan dokter bahwa
kesehatannya tidak dalam masalah
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat kami
simpulkan bahwa stress adalah perasaan tidak enak , tidak nyaman atau tertekan
baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap streesor.
Gangguan psikosomatik
ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit
fisik dan diyakini adanya suatu hubungan yang erat antara suatu peristiwa
psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut.
Gangguan somatoform adalah suatu
kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual,
dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.
Gangguan Hipochondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik
yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang
mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada
meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar.
B.
Saran
Stress dapat dialami oleh setiap orang. Oleh sebab
itu, cara seseorang menyikapi keadaan yang mengecewakan ataupun kegagalan
hendaklah dijadikan stress yang potitif bukan yang negative karena stress yang
positif akan membuat seseorang lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey S. Nevid, Spencer A.Rathus, Beverly Greene,
Psikologi Abnormal, Jilid 1,; Penerbit Erlangga, PT Gelora Aksara Pratama
http://rninggalih.wordpress.com/2013/07/12/stres-gangguan-psikologis-dan-hubungannya-dengan-kondisi-fisik/,
sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 07.49
http://gstres.blogspot.com/2013/09/inilah-berbagai-tipe-jenis-stress-dan.html,
sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 07.55
http://www.psychologymania.com/2012/11/jenis-jenis-stres.html,
sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 08.15
http://deevashare.blogspot.com/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-reaksi-fisik.html,
sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 08.36
http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-somatoform-somatoform.html, sumber : Google, di
akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 09.00
http://kureyykireii.wordpress.com/psycho-logy-n-therapy/psikosomatis/, sumber : Google, di
akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 09.25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar