Kamis, 09 Januari 2014

Makalah Stres


BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang

Di zaman globalisasi ini teknologi dan ilmu pengetahuan semakin berkembang pesat di seluruh dunia, dimana  masyarakat semakin disibukkan dengan aktifitas kerja yang padat dan harus dapat memenuhi segala tuntutan kehidupan. Di masa ini seseorang dituntut lebih kepada suatu pekerjaan agar dapat mendapatkan hasil yang memuaskan dan efisien. Dalam hal memenuhi tuntutan pekerjaan inilah setiap individu atau seseoarang dapat mengalami suatu keadaan psikologis yang sering terjadi kepada setiap orang, keadaan ini disebut “Stress”. Disini kami menerangkan dan menjelaskan tentang apa itu Stress mulai dari gejala, jenisnya, faktor-faktor dan akibat yang ditimbulkan bila seorang individu mengalami stress
Berbicara soal stress pastilah setiap individu di dunia ini pernah mengalaminya. Apalagi di zaman ini yang semuanya serba instan dan banyak sekali tuntutan pastilah seorang individu mudah sekali terserang stress itu sendiri. Entah itu akibat lingkungan, pekerjaan atau organisasi ataupun dari individu itu sendiri. Dengan adanya makalah ini kami ingin berbagi informasi kepada masyarakat tentang stress secara luas , agar masyarakat tahu dan mengerti serta dapat mendapatkan wawasan baru.
Perasaan stres yang timbul disebabkan karena insting atau reaksi tubuh untuk mempertahankan diri. Reaksi seperti ini adalah baik pada saat atau kondisi gawat darurat atau emergensi, seperti reaksi keluar dari mobil yang kecepatannya melampaui batas dan akan menabrak jalan. Stress juga dapat disebabkan karena gejala-gejala fisik yang berlangsung terlalu lama, seperti dalam merespon tantangan dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Stress menjadikan tubuh bekerja secara berlebihan yang dapat membuat diri merasa cemas, takut, khawatir dan tegang.
Perubahan kecil apapun dapat membuat seseorang merasa tertekan atau merasa stress, bahkan perubahan yang baik sekalipun. Itu bukan hanya perubahannya atau kejadian itu sendiri, tapi juga bagaimana reaksi seseorang atau seseorang tersebut terhadap perubahan atau kejadian yang terjadi. Ketegangan atau stress pada tiap orang berbeda-beda, sebagai contoh seseorang mungkin merasa stress karena pensiun dari pekerjaannya, sementara orang lain mungkin tidak mengalami stress seperti apa yang dialami orang tersebut yang stress karena pensiun kerja. Kondisi stres dapat menyebabkan masalah kesehatan atau menjadikan masalah-masalah yang ada menjadi lebih berat jika seseorang tidak dapat menemukan cara atau jalan untuk menghadapinya.
Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stres.
Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan stres. Stres sebenarnya positif bagi kita, asalkan dalam porsi sedang-sedang saja, karena bisa membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak. Sedangkan stres berat dapat menyebabkan kita rentan terkena penyakit. Sementara stres yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi kesehatan karena kita tidak menyadari adanya masalah. Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari stress serta jenis-jenis dan klasifikasi dari stress ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi stress dan gejala dari stress ?
3. Bagaimana cara pengelolaan stress ?
4. Apa akibat dan dampak positif dan negatif dari stress, serta tips untuk menghilangkan stress ?
5.  Apa saja perbedaan dari Psikosomatis, Somatoform, dan Hipochondriasis?

1.3  Tujuan Makalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Abnormal.
2. Untuk mengetahui definisi dari stress serta jenis-jenis dan klasifikasi dari stress.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi stress dan gejala dari stress.
4. Untuk mengetahui cara pengelolaan stress.
5. Untuk akibat dan dampak positif dan negatif dari stress, serta tips untuk menghilangkan stress.
6. Untuk mengetahui perbedaan dari Psikosomatis, Somatoform, dan Hipochondriasis.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah. Jika hal tersebut dirasakan menekan, mengganggu dan mengancam maka keadaan ini dapat disebut stress. Menurut beberapa ahli terdapat beberapa devinisi stress diantaranya :
1.        Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
2.        Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
3.        Menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
4.        Menurut Korchin (1976), keadaan stress muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integrasi seseorang.
5.        Richard Bugelski dan Anthony M Graziano (1980) menyatakan bahwa stress adalah suatu istilah umum yang digunakan psikolog-psikolog untuk menunjukkan ketegangan seseorang karena tidak mampu mengatasi tuntutan-tuntutan atau tekanan-tekanan sekelilingnya 
6.        Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stres tidak hanya kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989). Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu :
a.        Stimulus
Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :
- Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi.
-Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau
   orang yang dicintai.
-  Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak atau bising. 
b.    Respon
Respon adalah reaksi sesorang terhadap stresor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan komponen fisiologis.
-  Komponen psikologis, seperti perilaku, pola pikir dan emosi
- Komponen fisiologis, seperti detak jantung, mulut yang mongering
   (sariawan), keringat dan sakit perut.
Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan. 
c.         Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stesor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia  dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah transaksi antar manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

BAB III
PEMBAHASAN

A.  Definisi Stress
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Dari kedua pengertian stress dari para ahli di atas, dapat disimpulkan stress adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stress tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut

B.  Jenis – Jenis Stress
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1.  Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Penggolongan Stress apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a.   Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b.  Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
c.   Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d.  Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.   Stress proses, pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f.   Stress psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan. Adapun menurut Grant Brecht (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
·         Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.
·         Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

C.    Klasifikasi Stres
1.        Stres Akut (Acute Stress)
Merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran. Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain:
·         kebisingan
·         keramaian
·         pengasingan
·         lapar
·         bahaya
·         infeksi
·         bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation response).
2.        Stres Kronis (Chronic Stress)
Kehidupan modern menciptakan situasi stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis antara lain:
·         kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus
·         kesepian, dan
·         kekhawatiran finansial yang terus-menerus

D.  Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya seseorang mengalami stress karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:
1.      Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap seseorang. Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress yaitu politik, ekonomi, dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.

2.      Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
§  Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
§  Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh seseorang lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara seseorang satu dengan seseorang lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara satu orang dengan yang lainnya.
§  Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam organisasi.
§  Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

3.      Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

E.  Gejala-Gejala Stres
Hardjana (1994) mengemukakan bahwa terdapat kriteria-kriteria gejala-gejala stress, antara lain :
1)        Gejala fisikal
Sakit kepala, pusing, pening. tidur tidak teratur, insomania atau susah tidur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama bagian bawah ,mencret-mencret dan radang usus besar, sulit buang air besar, sembelit. gatal – gatal pada kulit. urat-urat tegang terutama leher dan bahu, keringat berlebih, terganggu pencernaan atau bisulan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energy, bertambah banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan dalam kerja dan hidup.
2)        Gejala Emosional
Gelisah dan cemas,  sedih, depresi, mudah menangis, merasa jiwa dan hati atau mood berubah-ubah dengan cepat, mudah panas dan marah, gugup,  rasa harga diri menurun  dan merasa tidak aman, rasa harga diri menurun  dan merasa tidak aman, marah-marah, gampang menyerang orang dan bersikap bermusuhan, emosi mengering  kehabisan sumber dayamental (burn out).
3)        Gejala Kognitif
Susah berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit mengambil keputusan, mudah terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktifitas atau prestasi kerja menurun, mutu kerja yang rendah.
4)        Gejala Interpersonal
Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain., mudah mempermasalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhi perjanjian, suka mencari – cari kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri, membiarkan orang lain.
F.     Pengelolaan Stress
Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres, dan  menuntut seseorang untuk mengatasinya.  Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.
Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1)      Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2)      Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
3)      Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
4)      Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi.

Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu:
1)      Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2)      Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:  (a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur; (b)  menarik diri/menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan (c) kompromi, yang bisa dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres)

G. Akibat dari Stress
Stres menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang sedang stress berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya. Akibat stress dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis. Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala.
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
Akibat Stress
Pada Tubuh
Pada Perasaan
Pada Perilaku
§  Sakit kepala
§  Ketegangan atau nyeri otot
§  Nyeri dada
§  Kelelahan
§  Perubahan dalam gairah seks
§  Gangguan perut
§  Masalah Tidur
§  Kecemasan
§  Gelisah
§  Kurangnya motivasi atau fokus
§  Lekas  ​​marah
§  Kesedihan atau depresi
§  Kurang nafsu makan atau malah makan berlebihan
§  Kemarahan  yang meledak-ledak
§  Penyalahgunaan obat atau alkohol
§  Merokok

H.  Dampak Negatif dan Dampak Positif Stres Bagi Kesehatan Tubuh
Gangguan kesehatan akibat stres dapat meliputi penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, sakit kepala, migren, radang usus besar, maag, gangguan pernapasan, dan ketegangan otot. Gangguan tersebut mulai dari gangguan kesehatan ringan sampai dengan gangguan kesehatan fatal. Stres juga dapat dihubungkan dengan beberapa gangguan mental seperti rasa cemas atau gelisah, sakit jiwa dan depresi. Gangguan mental lebih sulit untuk dideteksi dan didiagnosa dibandingkan dengan gangguan fisik. Itulah sebabnya gangguan mental akibat stres lebih berbahaya daripada gangguan fisik.
1.            Dampak Negatif Stres
Stres secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Hal tersebut tergantung dari bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap stres dan seberapa baik kita menghadapi dan melindungi diri kita dari stres tersebut.
a. Depresi
b. Obesitas
c. Sering infeksi
d. Kanker payudara
e. Insomnia
f. Penyakit jantung
g. Alergi
h. Mengurangi kesuburan
i. Stroke

2.            Dampak Positif Stres
Banyak gangguan yang berpotensi sangat fatal bagi kesehatan akibat terjadinya stres. Walaupun demikian, stres juga mempunyai sisi positif. Direktur medis dari Fibromyalgia and Fatigue Centers, Jacob Teitelbaum, MD, menyebutkan bahwa stres adalah hal yang sangat menyehatkan karena dapat memberikan tenaga yang kamu butuhkan dalam menjalani hidup. Berikut ini dampak positif stress :
a.    Mencegah flu dan pilek
b.    Mendekatkan diri dengan seksama

I.       Tips Menghilangkan Stres
Selain belajar untuk menghindari penyebab stress, kita dapat pula menerimanya secara realistis. Mencoba berteman dan belajar mengelola stress dengan benar amat membantu untuk hidup lebih baik secara fisik dan emosional serta memberi kebahagian lahir dan batin. Beberapa hal yang dapat di lakukan untuk mengatasi stress adalah tindakan positif untuk menurunkan tingkat stress yaitu :
1.    Relaksasi
Relaksasi atau berlatih untuk mengatur cara pernafasan dapat dilakukan. Dengan kegiatanuntuk melemaskan otot syaraf seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat, sambilmendengarkan iringan musik lembut dan tenang atau alunan ayat suci.
2.    Berolahraga
Berolahraga secara teratur membantu untuk menurunkan stres dan meningkatkan kepercayaan diri, selain yang terpenting dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit. Penambahan energi untuk beraktifitas, peningkatan kualitas tidur, daya konsentrasi,rasa bahagia dan keyakinan diri serta penurunan risiko serangan jantung adalah manfaatpenting olahraga. Olahraga ringan seperti berjalan-jalan santai sambil menghirup udara segarselama 20-30 menit setiap hari akan efektif untuk mengurangi stres.
3.    Bicarakan dengan orang lain
Ketika stress sebaiknya kita ekspresikan perasaan kita. Semakin kita menyimpannya maka semakin tinggi stres yang kita rasakan. Mungkin teman, anggota keluarga, atau guru dapat membantu kita melihat masalah dari sisi lain. Berbicara dengan orang lain dapat mencerahkan pikiran kita dan fokus pada pemecahan masalah. Meminta bantuan ketika masalah muncul, akan menghindari berkembangnya masalah yang lebih serius. Menulis pikiran dan perasaan dalam buku diari juga dapat memperjelas situasi dan memberikan cara pandangan baru pada masalah kita.
4.    Berlibur "satu menit"
Ciptakan situasi yang tenang di pikiran kita adalah hal yang baik  untuk meringankan stres. Kita tidak bisa selalu lari dari masalah, tapi kita boleh bermimpi. Pejamkan mata dan bayangkan suatu tempat tenang yang dapat membuat kita merasa tenang dan santai.
5.    Perhatikan kenyamanan fisik
Kita perlu memastikan bahwa kita memang nyaman dengan situasi sekeliling termasuk secara fisik. Menggunakan pakaian yang nyaman adalah hal yang paling mudah dapat dilakukan.
6.    Merawat Tubuh
Makan - makanan sehat dan tidur cukup akan memberikan energi pada pikiran dan tubuh kita. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi kafein ( kopi dan teh ) dan gula. Tubuh yang sehat akan lebih mudah menangani stres.
7.    Tertawa
Untuk mencegah dan meringankan stres, kita perlu mempertahankan selera humor kita, termasuk bisa menertawai diri sendiri. Kita bisa berbagi cerita lucu dengan teman - teman untuk menghibur diri.
8.    Atur waktu
Rencanakan lebih jauh dan buat jadwal yang realistis untuk diri sendiri dan termasuk juga waktu untuk kegiatan mengurangi stres. Jika kita ingin mengerjakan banyak hal dalam waktu yang sama akan menjadi beban bagi diri kita sendiri. Sebaiknya buat daftar hal - hal yang harus dikerjakan kemudian tandai satu persatu yang telah diselesaikan. Buat prioritas yang paling penting untuk dikerjakan terlebih dahulu.
9.    Ketahui Batas diri
Ketika dihadapkan dengan situasi yang menekan, terkadang kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah ini memang masalah kita atau tidak? Jika tidak, maka tinggalkanlah masalah itu, jangan campuri urusan orang lain. Ada beberapa hal yang memang di luar kendali kita. Jika menemukan hal ini terima saja dulu dan kemudian perlahan kita bisa berusaha untuk menemukan waktu yang tepat untuk mengubahnya.
10.     Menyadari bahwa kita tidak perlu selalu benar
Ketika terjadi sesuatu hal yang tidak sesuai dengan cara kita maka kita bisa bekerja sama atau berkompromi, hindarkan konfrontasi. Dengan konfrontasi hanya akan meningkatkan ketegangan dan semua orang menjadi nyaman.
11.     Menangis adalah hal yang wajar
Pada usia berapa pun adalah hal yang normal untuk menangis. Menangis ketika stres dapat meringankan beban yang kita rasakan, dan juga dapat mencegah sakit kepala atau konsekuensi fisik lainnya. Harus diingat bahwa hendaknya bukan menangis yang berlebihan atau pada setiap sesuatu yang dialami.
12.     Cari hal yang positif di sekitar kita
Jangan terpaku pada kelemahan kita. Kumpulkanlah hal - hal yang positif dari diri kita dan berbahagialah dengan kelebihan kita tersebut. (jangan terlalu bangga).

J.      Psikosomatis
Psiko artinya pikiran dan soma artinya tubuh. Jadi, penyakit psikosomatis artinya penyakit yang timbul atau disebabkan oleh kondisi mental atau emosi seseorang. Penyakit ini juga disebut dengan penyakit akibat stress. Penyakit psikosomatis sekarang sering disebut dengan penyakit psikofisologis. Namanya saja yang sedikit berbeda namun maknanya sama.
Gangguan psikosomatik ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisik dan diyakini adanya suatu hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut. Gangguan psikosomatik ini banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari; namun gangguan ini sering kali diabaikan dan bahkan dilupakan. Biasanya penderita datang dengan beraneka macam keluhan somatik mulai dari keluhan jantung, keluhan sakit perut seperti nyeri ulu hati, kembung,mual diare(keluhan gastrointestinal), keluhan sakit kepala dan lain-lain. Ditempat praktek dokter sehari-hari banyak pasien hanya menonjolkan keluhan-keluhan somatik saja tanpa menyertakan keluhan-keluhan psikisnya. Jarang sekali faktor psikis(emosi) seperti frustasi, konflik, ketegangan dsb dikemukakan sebagai keluhan utama oleh penderita, padahal faktor psikis tersebut yang memicu munculnya keluhan fisik penderita.
Untuk mempertajam diagnosis dan untuk membatasi diri dari gangguan psikiatri yang berat (misalnya psikosis), maka gangguan psikosomatik memiliki ciri-ciri dan kriteria klinis sebagai berikut :
a.        Tidak didapatkan kelainan psikiatris. Penderita masih sadar bahwa dirinya sakit dan masih aktif mau datang berobat.
b.      Keluhan yang timbul selalu berhubungan dengan emosi tertentu. Misalnya  keluhan timbul saat berad di kantor sedangkan di rumah tidak apa-apa.
c.       Keluhan berganti-ganti dari satu sistim organ ke sistim organ lain. Misalnya hari ini keluhan pada sistim kardiovaskular beberapa minggu kemudian hilang dan pindah ke sistim gastrointestinal.
d.       Ditemukan adanya ketidakseimbangan sistim syaraf otonom vegetatif.
e.       Riwayat hidup penderita penuh dengan konflik atau stres.
f.       Terdapat perasaan negatif yang menjadi titik tolak keluhannya (dongkol, cemas, sedih, cemburu dsb)
g.      Terdapat faktor presipitasi atau pencetus yang mendahului segala keluhannya. Bisa berupa psikis atau fisik.
h.      Adanya faktor penyedia (predisposisi) yang diketahui dengan anamnesis jauh kebelakang sejak pasien dikandung, dilahirkan dan dibesarkan. Faktor predisposisi ini bisa berupa faktor biologis maupun perkembangan kejiwaan penderita tersebut.

·         Penyebab psikosomatis
Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis:
1.      Stres Umum
Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana individu tidak dapat berespon secara kuat. Menurut Thomas Holmes dan Richard Rahe, didalam skala urutan penyesuaian kembali sosial (social read justment rating scale) menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh jumlah gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata, sebagai contohnya kematian pasangan 100 unit perubahan kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan  perkawinan 65 unit, dan kematian anggota keluarga dekat 63 unit. Skala dirancang setelah menanyakan pada ratusan orang dengan berbagai latar belakang untuk menyusun derajat relatif penyesuaian yang diperlukan oleh perubahan lingkungan kehidupan. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan.

2.      Stres Spesifik Lawan Non Spesifik
Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe kepribadian tertentu yang pertama kali diidentifikasi berhubungan dengan kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan keras dan agresif yang cenderung mengalami oklusi miokardium).

Karena jelas bahwa psikosomatik adalah masalah gangguan berdasarkan mind and body connection, maka penanganannya harus holistik (terpadu). Hipnoterapi diharapkan mampu menjembatani hubungan antara penyebab psikis di bawah sadar dengan manifestasi klinis pada tubuh.
Dari situasi tersebut penderita psikosomatis tidaklah bisa disembuhkan melalui pengobatan secara medis dengan obat-obatan. Penyembuhan bagi penderita psikosomatis adalah dari “dalam diri” si penderita supaya tidak terjadi stres yang berkepanjangan, untuk itu ada beberapa solusi untuk menghindari terjadinya stres dan sembuh dari psikosomatis yaitu :
1.      Hidup dengan pola pikir positif
Harus dapat merubah mind set agar lebih positif, ketika kita positif maka kita bisa menerima hal-hal yang terjadi di kehidupan kita sehingga kita akan terhindar dari stres.
2.      Realistis
Manusia yang realistis lebih dapat menerima kenyataan, dapat pasrah dan menerima apa adanya.
3.      Lawan
Stres harus dilawan atau dikalahkan dengan kekuatan dari dalam diri manusia itu sendiri yaitu berpikiran positif.
4.      Sehat jasmani dan rohani
Menjalankan pola hidup yang benar dengan mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna, cukup tidur dan berolah raga. Lakukan relaksasi, meditasi, yoga atau dapat dengan meluangkan waktu untuk berlibur melepaskan dari kepenatan rutinitas kita sehari-hari.

K.    Somatoform (Somatoform Disorder)

Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti “tubuh”. Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Beberapa orang mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang “menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.

·         Penanganan Gangguan Somatoform
Terapis psikodinamika berusaha membuka dan mengangkat konflik-konflik yang tidak di sadari ke taraf kesadaran, yang berasal dari masa kanak-kanak, dan dipercaya sebagai akar dari permasalahan. Sekali konflik di buka dan ditangani, simtom seharusnya menghilang karena tidak lagi dibutuhkan sebagai solusi sebagian oleh konflik yang mendasarinya.
Pendekatan behavioral menekankan pada menghilangkan sumber-sumber yang mendasari reinforcement yang mungkin mempertahankan pola perilaku yang abnormal. Secara lebih umum, terapis behavioral memandu orang dengan gangguan somatoform untuk belajar menangani situasi yang menekan atau menimbulkan kecemasan secara lebih efektif. Sebagai tambahan, suatu kombinasi dari teknik kognitif-behavioral, seperti pemaparan terhadap pencegahan respons dan pengubahan struktur kognitif.


L.       Hipochondriasis
Ciri utama dari hipochondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar.
Orang dengan hipochondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan simtom fisiknya. Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, sering kali melibatkan sistem pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri. Meski prevalensi hipochondriasis tetap tidak diketahui, gangguan ini tampak sama umumnya di antara pria maupun wanita. Paling sering bermula antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat muncul di usia berapa pun.
Orang dengan hipochondriasis menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri (Barsky dkk, 2001). Padahal kecemasan akan simtom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik tersendiri – misalnya, keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Dengan demikian, sebuah lingkaran setan (vicious cycle) akan muncul. Orang dengan hipochondriasis dapat menjadi marah saat dokter mengatakan betapa ketakutan mereka sendirilah yang menyebabkan simtom-simtom fisik tersebut.

·           Penanganan Gangguan Hipochondriasis
Hipochondriasis melibatkan kekhawatiran yang persisten atau ketakutan bahwa seseorang menderita sakit yang serius, meski tidak ada dasar organis yang ditemukan sebagai penyebab dari keluhan fisik seseorang. Orang dengan gangguan ini sering kali mengobati dirinya sendiri dengan obat-obatan bebas dan kurang bahkan tidak yakin dengan perkataan dokter bahwa kesehatannya tidak dalam masalah









BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwa stress adalah perasaan tidak enak , tidak nyaman atau tertekan baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap streesor.
Gangguan psikosomatik ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisik dan diyakini adanya suatu hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut.
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.
Gangguan Hipochondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar.

B.     Saran
Stress dapat dialami oleh setiap orang. Oleh sebab itu, cara seseorang menyikapi keadaan yang mengecewakan ataupun kegagalan hendaklah dijadikan stress yang potitif bukan yang negative karena stress yang positif akan membuat seseorang lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA

Jeffrey S. Nevid, Spencer A.Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal, Jilid 1,; Penerbit Erlangga, PT Gelora Aksara Pratama
http://rninggalih.wordpress.com/2013/07/12/stres-gangguan-psikologis-dan-hubungannya-dengan-kondisi-fisik/, sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 07.49
http://gstres.blogspot.com/2013/09/inilah-berbagai-tipe-jenis-stress-dan.html, sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 07.55
http://www.psychologymania.com/2012/11/jenis-jenis-stres.html, sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 08.15
http://deevashare.blogspot.com/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-reaksi-fisik.html, sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 08.36
http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-somatoform-somatoform.html, sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 09.00
http://kureyykireii.wordpress.com/psycho-logy-n-therapy/psikosomatis/, sumber : Google, di akses pada hari Jum’at, 24 Oktober 2013, pukul 09.25







Tidak ada komentar:

Posting Komentar